Robot Kematian

Image
Robot ini Diciptakan Untuk Memimpin Upacara Pemakaman. Ih Ngeri! By : Fransisca Wahyu Indri  Jepang adalah negara yang selalu menghebohkan dunia dengan penemuan dan inovasi terbarunya. Perkembangan yang berkaitan dengan penciptaan teknoogi robot humanoid (robot yang mirip manusia) menjadi andalan bagi negara ini untuk unjuk gigi di era yang serba canggih ini.   Sumber gambar: in.reuters.com Nah, bagaimana jadinya jika upacara pemakaman seseorang dipimpin oleh sebuah robot? Dilansir dari in.reuters.com   inovasi terbaru telah diciptakan oleh sebuah perusahaan di jepang. Softbank berhasil menciptakan sebuah robot humanoid SoftBank “PEPPER” untuk menggantikan peran pelayanan pendeta Budha dalam upacara pemakaman.   Sumber gambar: in.reuters.com Memang sampai saat ini pepper belum digunakan untuk memimpin sebuah upacara pemakaman. Namun Robot “Pepper” di program untuk dapat mampu memukul gong dan membacakan sutra atau ch...

Gaun Impian Risty

 
photo by pinterest.com


Oleh : Fransisca Indri

Hening malam kembalikan ingatanku. Sejenak semilir angin lewati sela-sela jendela lalu berusaha menyelinap masuk ke dalam selimutku. Aku menggigil kedinginan, tulang-tulangku linu ingin patah rasanya, bahkan kaki ku seakan tidak bertulang. Semacam kehilangan diriku yang dulu, semacam kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagiku. Aku mencoba menutup mataku lalu pergi tidur. Dalam tidur aku bermimpi. Mimpi itu membawaku kembali kepada sebuah harapan yang akan menjadi hebat jika kita masih bersama sampai saat ini.

***

"Risty?" terdengar seseorang memanggil namaku. "Siapa kamu?" jawabku kepada sosok laki-laki asing yang muncul tiba-tiba. Ia mencoba mendekat ke arahku. Laki-laki itu memakai jubah putih bercahaya bak bulu burung merpati. Ia mengendarai kereta yang ditarik oleh 4 ekor kuda berwarna emas. Keretanya begitu indah dan sangat berkilauan. Rodanya dilapisi berlian, atapnya terbuat dari intan dan permata. Laki-laki itu semakin mendekat. Wajahnya samar kulihat. Aku berusaha melihat wajahnya tapi tetap saja tak jelas. Masih samar, Hanya senyumnya yang bisa jelas kulihat. Ya, Laki –laki itu memiliki senyuman yang begitu menawan, bahkan aku tak ingin sekalipun mengedipkan mataku. Entahlah, tapi aku seperti mengenalinya . 

Laki-laki itu turun dari keretanya. Ia lalu mengulurkan tangannya seakan ingin mengajakku pergi. Aku hanya terdiam kebingungan, namun laki-laki itu terus menatapku dalam.Sendu.Sayu. Tatapannya membuatku tak dapat menolak lagi, tanpa sadar aku menurutinya, lalu melangkah naik ke atas keretanya dan duduk bersebelahan dengannya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi" kataku dalam hati. Aku baru sadar bahwa aku sudah dibawanya pergi sangat jauh dari tempatku berdiri tadi. Saat itu aku hanya berpikir bagaimana cara agar bisa kabur dan melompat keluar dari kereta ini, lalu mendarat dengan selamat. Aku mulai ketakutan dan dudukku semakin terlihat tak tenang. Aku kembali menatap ke arah laki-laki itu. Terlihat senyum dari sudut bibirnya yang merah muda. Senyum itu ditujukan padaku, seakan-akan dia tau dan menyadari ketakutanku. Saat dia tersenyum, saat itulah aku mulai mengira-ngira. Entahlah. Aku seperti mengenalinya.

Dia tetap tenang, tapi aku mulai gusar. Dengan nada bergetar aku coba berbicara padanya, "aku ingin turun dari keretamu" tapi laki-laki itu tetap diam. Aku ingin berontak tapi aku gugup, ingin nekat melompat pun aku tak sanggup. Apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa melawan.
"Kau ingin turun? ada apa denganmu, Nona Risty?" ucapnya halus. " aaa, anu, iya, aku,.. aku" belum selesai memberi jawaban, dia menghentikanku. "Ststst,.. tidak perlu takut, kamu akan baik baik saja. Bukan nya ini permintaan mu waktu itu?" terangnya. Mulutku terdiam seketika dan aku bertanya-tanya permintaan apa yang dia maksud.

Lalu tibalah kami di sebuah bangunan megah seperti kastil. bangunan itu tepat menghadap pantai berpasir putih. Laut lepas terpampang jelas di depannya. Walau masih bertembok batu-bata, kastil ini tampak begitu anggun berdiri diantara birunya laut dan birunya langit. Kutengadahkan kepalaku melihat sisi puncak kastil itu. Sebuah besi tua berbentuk salib menancap di tengah puncaknya. Ada lonceng yang begitu besar di menaranya. Aku terpesona . Ini adalah tempat impian yang hanya berada dianganku semata, "Ini gereja" ucapku pelan.

Tiba-tiba bajuku berubah menjadi gaun yang indah. Gaun itu tampak cantik dengan hiasan kupu-kupu di sebelah ikat pinggangnya. Aku terlihat seperti permaisuri. Lalu Laki-laki itu mendekatiku dan berkata "bolehkah aku menjadi pangeranmu?" Aku diam. Sekarang Laki-laki itu meraih tanganku. Ia menggandeng dan membawaku masuk ke dalam gereja itu. Kelihatannya gereja itu kosong. Tidak ada seorang pun di sini. Namun seluruh ruangan di penuhi dengan rangkaian bunga berwarna pink pastel. Altar menjadi tampak begitu manis. Sepertinya akan ada pemberkatan. 

Kami berjalan beriringan diatas karpet merah yang tergelar panjang menuju altar. Di depan altar terdapat dua kursi yang megah, seakan kursi itu di khususkan untuk aku dan laki-laki ini. Dia menuntunku pelan. Lalu terdengar suaranya yang begitu rendah, katanya "Maukah kau menjadi istriku?" dan seketika itu juga dia perlahan lenyap. Hilang.Tinggallah aku seorang diri disini.

***

Aku terjaga, aku keluar dari mimpi itu. Mataku masih setengah terbuka, dengan sempoyongan, aku bangun dari tempat tidur lalu berjalan menuju lemari bajuku. Entah apa yang membawaku berjalan menuju lemari ini. Lalu kubuka lemariku dan ada yang aneh dari lemari ini. Tidak biasanya lemari ku tampak begitu luas, aku tahu sesuatu "Ya, seharusnya ada disini? Disini!" kataku pada diri sendiri. Aku mulai mencari sesuatu yang hilang itu. Sesuatu yang harusnya ada lemari ini dan masih tergantung rapi. "Ya, gaun ku, mana gaunku? gaun panjang berwarna putih dengan hiasan kupu-kupu di sebelah ikat pinggangnya" Aku hendak membangunkan orang-orang rumah, bermaksud ingin menanyakann gaun itu. Namun niatku batal ketika aku ingat bahwa ini masih tengah malam.

Kubalikan badanku ke arah cermin yang ada di samping lemari bajuku. Aku begitu terkejut melihat bayanganku dalam cermin, Bagaimana tidak? gaun yang aku cari sudah berada dibadanku sendiri. Apa yang terjadi? Kapan aku mengenakannya? Aku bingung. Ini mimpi.Laki-laki itu aku mengenalinya. Itu kamu.

Aku baru mengerti maksud permintaan yang dibicarakan laki-laki tersebut. Permintaanku dua tahun lalu. Di taman kota Kita mengobrol serius. Saat itu Aku ingin kau meminangku, lalu memintaku di depan kedua orang tuaku dan mengambilku menjadi istrimu. Kita berjanji untuk saling mencintai dan menyanyangi. Ada satu hal yang masih jelas teringat di kepalaku sebuah ucapan darimu. "Aku akan selalu menjagamu, Ris. Selalu." Bisikmu mesra.

****

Ya, tepat hari ini. Hari dimana seharusnya aku dan kamu mengikat janji setia sekaligus hari jadi kita yang menginjak tahun ke 7. Hari dimana aku mengenakan gaun ini dan duduk di sebelahmu dalam gereja. Seketika itu juga badanku menjadi sangat lemas. Pikiranku kacau, aku menjadi begitu tak berdaya "Apa aku sudah mulai gila, Tuhan? Tidak aku tidak gila, Tuhan" ucapku pelan agak berontak, hingga kemudain air mata mulai mengalir dan menetes membasahi pipiku. Aku tak kuasa. Waktu yang harusnya kita habiskan bersama, kini terasa sirna. Kisah yang harusnya berakhir indah, kini pun musnah. 

"Risty, sudahlah. Dia telah meningalkanmu, dan pergi bersama wanita lain. Wanita itu hamil! Lupakan dia., Seminggu sudah kamu seperti ini. sampai kapan kamu seperti ini?" Ucap seseorang wanita tua sambil menegakan badanku yang terbaring lunglai di lantai. "Ibu, Kak Risty kenapa lagi?" suara itu memecah lamunanku, itu suara adik perempuanku. Wanita itu, dia ibuku. Arghh, ada yang salah dengan ini dan apa yang salah dengan diriku? 


NB : Cerpen ini juga pernah publish di koran Radar Bromo dan Wattpad penulis




Comments

Popular posts from this blog

Robot Kematian

Hujan di Luar Jendela

Teh Melati Reska (Restoran Kereta)