Robot Kematian

Image
Robot ini Diciptakan Untuk Memimpin Upacara Pemakaman. Ih Ngeri! By : Fransisca Wahyu Indri  Jepang adalah negara yang selalu menghebohkan dunia dengan penemuan dan inovasi terbarunya. Perkembangan yang berkaitan dengan penciptaan teknoogi robot humanoid (robot yang mirip manusia) menjadi andalan bagi negara ini untuk unjuk gigi di era yang serba canggih ini.   Sumber gambar: in.reuters.com Nah, bagaimana jadinya jika upacara pemakaman seseorang dipimpin oleh sebuah robot? Dilansir dari in.reuters.com   inovasi terbaru telah diciptakan oleh sebuah perusahaan di jepang. Softbank berhasil menciptakan sebuah robot humanoid SoftBank “PEPPER” untuk menggantikan peran pelayanan pendeta Budha dalam upacara pemakaman.   Sumber gambar: in.reuters.com Memang sampai saat ini pepper belum digunakan untuk memimpin sebuah upacara pemakaman. Namun Robot “Pepper” di program untuk dapat mampu memukul gong dan membacakan sutra atau ch...

Cerita Masa Kecil



MASA KECIL
oleh : Fransisca Indri
 
Tentu kita semua telah melewati masa ini. Masa dimana canda-tawa, tangisan dan kepolosan membentuk ingatan yang tak terlupakan. Ya, masa kecil dan kenangannya. Ketika saya mengingat kembali, kejadian-kejadian di masa itu mampu mengocok dan menggelitik perut saya.
Dulu waktu saya masih kecil saya punya boneka kesayangan, namanya Tika. Tika adalah sebuah boneka yang menyerupai bayi manusia sungguhan yang saya dapat dari Sinterklas dalam perayaan natal di gereja. Tika memiliki paras yang begitu cantik. Bulu matanya begitu lentik. Bola matanya berwarna biru laut, bibirnya merah cerah, kulitnya putih bersih. Saya begitu sayang dengan boneka ini, kemana-mana saya bawa. Saya mengimajinasikan diri saya adalah seorang ibu, dan Tika anaknya. Kadang juga saya mandikan dia, saya suap dengan peralatan makan mainan. “aakk,,,, sini dek ayo makan” ucapan dari mulut saya waktu itu yang sampai sekarang pun masih terngiang.
 3 tahun berlalu, semakin lama paras Tika pun sudah tidak secantik dulu, kotor, jelek dan bau (bau iler saya, hahaha). namun saya tetep menyanyanginya. Bagaikan bunga yang tidak bisa hidup tanpa air, begitulah perasaan sayang saya pada Tika (cielah). Hingga akhirnya  kakak perempuan saya usil. Pada suatu sore ketika bangun dari tidur siang, saya tidak mendapati Tika berada disamping saya. Saya bingung mencari, saya menangis. Saya bertanya pada bapak-ibu saya, mereka menyuruh saya mengingat kembali dan mencarinya terus. Hingga akhirnya saya temukan Tika di atas lemari yang begitu tinggi. Saya bingung. Saya mencari cara untuk mengambilnya. Tapi tinggi kakak saya lebih tinggi dari saya, dia meraihnya duluan. Saya sedih. Kakak saya melemparkan badan Tika ke udara, Bapak memeperingatkan kakak saya tapi kakak saya malah tertawa. Ibu yang tadinya ada di kubu bapak, justru malah berbalik mendukung si kakak. saya menangis kencang. Setiap kali kakak saya melemparkan badan Tika ke udara saya berteriak “Tika, oh Tika!”. Kakak saya pun melakukan hal itu berulang kali. Bayangkan saja ucapan “Tika, oh Tika, Tika oh Tika!” terdengar berkali-kali dan teratur, Ya begitu dramatis sekali. hahaha,..
Ada lagi satu cerita yang membuat saya tertawa geli mengingatnya. Waktu itu saya duduk dibangku kelas 3 SD. Sepertiya ketertarikan terhadap science sudah muncul ketika berusia sekitar 7 tahun.  Saya mencoba meniru percobaan yang berada di iklan TV, kalau tidak salah iklan minyak goreng (saya lupa persis iklan itu). yaitu memanaskan minyak dan air di atas kompor dengan menggunakan panci berwarna bening. Ketika itu Ibu saya tidur, bapak bekerja dan kebetulan kakak juga sudah tidak tinggal bersama kami, karena melanjutkan studinya di Jogja. Saya mencoba mempraktekan dengan menggunakan mangkok kaca bening, kemudian diisi minyak goreng yang dicampur air. Lalu saya panaskan di atas kompor yang menyala. bukannya mendapatkan hasil seperti yang ada di iklan, justru yang terjadi adalah kejadian yang membuat saya begitu takut. Mangkok kaca yang saya pakai untuk memanaskan air dan minyak, pecah seketika. Air dan minyak didalamnya tumpah dan masuk ke dalam kompor. Kompor pun mati pada saat itu juga. Yang saya rasakan waktu itu adalah takut, kaget, shock, dan bingung. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk kabur dari rumah. Sebelum kabur dari rumah saya membuat surat yang isisnya
Ma, aku minta maav. aku pecahin mangkokya.
soalnya tadi aku mau percoban. aku pergi ke rumah Mak Pu”
            Kalau dipikir-pikir ulang, saya tidak kabur dari rumah, sebab tertulis tujuan kemana saya akan pergi. Tapi pada saat itu pikiran anak-anak saya menganggap “saya kabur dari rumah, tetapi saya masih ingin dicari” hahahahaha,.
            Hingga saat ini, ketika keluarga kecil kami berkumpul. Dua kejadian tersebut masih jadi topik utama pembicaraan. Kadang saya jengkel, malu juga pastinya. Saya juga pernah bertanya dalam hati “Kenapa selalu saya (kecil) yang dibicarakan? dan ditertawakan?” Tetapi saat saya melihat tawa dan raut bahagia mereka saya sadar bahwa ternyata saya (kecil) adalah unik, dan saya yang sekarang adalah berharga bagi mereka. Rasa jengkel dan malu sekejap hilang dan terganti dengan pelukan hangat yang membuat saya tak ingin beranjak, nyatanya memang ini suasana yang selalu saya rindukan.
            Dari uraian panjang dan cerita saya tadi, intinya sederhana. Keluarga adalah pijakan utama seorang anak untuk menggoreskan tinta kehidupan. Kenangan yang tercipta akan menjadi hal berharga yang akan selalu diingat oleh setiap orang yang berada di dalamnya. Apapun kenangan itu, ketika mampu menyatukan setiap  insan keluarga dalam balutan kasih, maka sifatnya adalah abadi. Ya, itulah masa kecil saya.
I love my Family, so much :')

Dipersembahkan untuk Keluarga kecilku,
Bapak,
Ibuk,
Mbak & Mas

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Robot Kematian

Hujan di Luar Jendela

Teh Melati Reska (Restoran Kereta)