MASA KECIL
oleh : Fransisca Indri
Tentu kita semua telah melewati masa
ini. Masa dimana canda-tawa, tangisan dan kepolosan membentuk ingatan yang tak
terlupakan. Ya, masa kecil dan kenangannya. Ketika saya mengingat kembali,
kejadian-kejadian di masa itu mampu mengocok dan menggelitik perut saya.
Dulu waktu saya masih kecil saya
punya boneka kesayangan, namanya Tika. Tika adalah sebuah boneka yang
menyerupai bayi manusia sungguhan yang saya dapat dari Sinterklas dalam
perayaan natal di gereja. Tika memiliki paras yang begitu cantik. Bulu matanya
begitu lentik. Bola matanya berwarna biru laut, bibirnya merah cerah, kulitnya
putih bersih. Saya begitu sayang dengan boneka ini, kemana-mana saya bawa. Saya
mengimajinasikan diri saya adalah seorang ibu, dan Tika anaknya. Kadang juga
saya mandikan dia, saya suap dengan peralatan makan mainan. “aakk,,,, sini dek
ayo makan” ucapan dari mulut saya waktu itu yang sampai sekarang pun masih
terngiang.
3 tahun berlalu, semakin lama paras Tika pun
sudah tidak secantik dulu, kotor, jelek dan bau (bau iler saya, hahaha). namun saya tetep menyanyanginya. Bagaikan
bunga yang tidak bisa hidup tanpa air, begitulah perasaan sayang saya pada Tika (cielah). Hingga akhirnya kakak perempuan saya usil. Pada suatu sore
ketika bangun dari tidur siang, saya tidak mendapati Tika berada disamping
saya. Saya bingung mencari, saya menangis. Saya bertanya pada bapak-ibu saya,
mereka menyuruh saya mengingat kembali dan mencarinya terus. Hingga akhirnya
saya temukan Tika di atas lemari yang begitu tinggi. Saya bingung. Saya mencari
cara untuk mengambilnya. Tapi tinggi kakak saya lebih tinggi dari saya, dia
meraihnya duluan. Saya sedih. Kakak saya melemparkan badan Tika ke udara, Bapak
memeperingatkan kakak saya tapi kakak saya malah tertawa. Ibu yang tadinya ada
di kubu bapak, justru malah berbalik mendukung si kakak. saya menangis kencang.
Setiap kali kakak saya melemparkan badan Tika ke udara saya berteriak “Tika, oh
Tika!”. Kakak saya pun melakukan hal itu berulang kali. Bayangkan saja ucapan
“Tika, oh Tika, Tika oh Tika!” terdengar berkali-kali dan teratur, Ya begitu
dramatis sekali. hahaha,..
Ada lagi satu cerita yang membuat
saya tertawa geli mengingatnya. Waktu itu saya duduk dibangku kelas 3 SD.
Sepertiya ketertarikan terhadap science sudah
muncul ketika berusia sekitar 7 tahun. Saya mencoba meniru percobaan yang berada di
iklan TV, kalau tidak salah iklan minyak goreng (saya lupa persis iklan itu).
yaitu memanaskan minyak dan air di atas kompor dengan menggunakan panci
berwarna bening. Ketika itu Ibu saya tidur, bapak bekerja dan kebetulan kakak
juga sudah tidak tinggal bersama kami, karena melanjutkan studinya di Jogja.
Saya mencoba mempraktekan dengan menggunakan mangkok kaca bening, kemudian
diisi minyak goreng yang dicampur air. Lalu saya panaskan di atas kompor yang
menyala. bukannya mendapatkan hasil seperti yang ada di iklan, justru yang
terjadi adalah kejadian yang membuat saya begitu takut. Mangkok kaca yang saya
pakai untuk memanaskan air dan minyak, pecah seketika. Air dan minyak
didalamnya tumpah dan masuk ke dalam kompor. Kompor pun mati pada saat itu
juga. Yang saya rasakan waktu itu adalah takut, kaget, shock, dan bingung. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk kabur
dari rumah. Sebelum kabur dari rumah saya membuat surat yang isisnya
“Ma, aku minta maav. aku pecahin
mangkokya.
soalnya
tadi aku mau percoban. aku pergi ke rumah Mak Pu”
Kalau dipikir-pikir ulang, saya
tidak kabur dari rumah, sebab tertulis tujuan kemana saya akan pergi. Tapi pada
saat itu pikiran anak-anak saya menganggap “saya kabur dari rumah, tetapi saya
masih ingin dicari” hahahahaha,.
Hingga saat ini, ketika keluarga
kecil kami berkumpul. Dua kejadian tersebut masih jadi topik utama pembicaraan.
Kadang saya jengkel, malu juga pastinya. Saya juga pernah bertanya dalam hati
“Kenapa selalu saya (kecil) yang dibicarakan? dan ditertawakan?” Tetapi saat
saya melihat tawa dan raut bahagia mereka saya sadar bahwa ternyata saya (kecil)
adalah unik, dan saya yang sekarang adalah berharga bagi mereka. Rasa jengkel
dan malu sekejap hilang dan terganti dengan pelukan hangat yang membuat saya
tak ingin beranjak, nyatanya memang ini suasana yang selalu saya rindukan.
Dari uraian panjang dan cerita saya
tadi, intinya sederhana. Keluarga adalah pijakan utama seorang anak untuk
menggoreskan tinta kehidupan. Kenangan yang tercipta akan menjadi hal berharga
yang akan selalu diingat oleh setiap orang yang berada di dalamnya. Apapun
kenangan itu, ketika mampu menyatukan setiap
insan keluarga dalam balutan kasih, maka sifatnya adalah abadi. Ya, itulah
masa kecil saya.
I love my Family, so much :')
Dipersembahkan untuk Keluarga kecilku,
Bapak,
Ibuk,
Mbak & Mas
��
ReplyDeleteterimakasih sudah berkunjung :)
Delete