Posts

Showing posts from 2020

Robot Kematian

Image
Robot ini Diciptakan Untuk Memimpin Upacara Pemakaman. Ih Ngeri! By : Fransisca Wahyu Indri  Jepang adalah negara yang selalu menghebohkan dunia dengan penemuan dan inovasi terbarunya. Perkembangan yang berkaitan dengan penciptaan teknoogi robot humanoid (robot yang mirip manusia) menjadi andalan bagi negara ini untuk unjuk gigi di era yang serba canggih ini.   Sumber gambar: in.reuters.com Nah, bagaimana jadinya jika upacara pemakaman seseorang dipimpin oleh sebuah robot? Dilansir dari in.reuters.com   inovasi terbaru telah diciptakan oleh sebuah perusahaan di jepang. Softbank berhasil menciptakan sebuah robot humanoid SoftBank “PEPPER” untuk menggantikan peran pelayanan pendeta Budha dalam upacara pemakaman.   Sumber gambar: in.reuters.com Memang sampai saat ini pepper belum digunakan untuk memimpin sebuah upacara pemakaman. Namun Robot “Pepper” di program untuk dapat mampu memukul gong dan membacakan sutra atau ch...

Sayangi Tubuhmu, Atur kadar Gula Darah Yuk

Image
Penderita Diabetes Tinggalkan Diet Klasik, Lakukan Diet Ini! Penyakit diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi karena kadar gula dalam darah tinggi. Hal itu dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti ;   pola makan, keturunan, obesitas, hipertensi, stres berkepanjangan, merokok, dan usia.  Sumber gambar : diariocorreo.pe Selama ini diet klasik untuk penderita diabetes adalah dengan berdiet makanan rendah semua jenis karbohidrat. Justru penderita akan dianjurkan makan makanan yang kaya protein dan lemak.   Namun tahukah anda bahwa diet klasik seperti ini adalah cara yang kurang tepat? Dilansir dari buku Makanan Menyehatkan karya   George. D. Pamplona dan Roger M.D.   diet kurang karbohidrat sangat logis untuk mengendalikan kadar glukosa, namun disisi lain penderita yang melakukan diet karbohidrat juga beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis dan serangan jantung. Penderita yang kurang asupan karbohidrat namu...

Teh Melati Reska (Restoran Kereta)

Image
  Photo by pinterest.com Oleh : Fransisca Indri Aku sudah bersiap. Merasa ragu, akhirnya kembali ku periksa barang yang harus ku bawa untuk berangkat ke kampung halaman - Yogyakarta-. Beruntung sekali kamis dan jumat adalah tanggal merah. Libur weekend pun menjadi semakin panjang. Kupesan ojek online lewat aplikasi untuk mengantarkan ke stasiun, tidak lama kemudian bang ojek pun datang. Beberapa kali kulihat jam di tangan, waktu menunjukan pukul 12.30 WIB. Tiga puluh menit lagi kereta ku berangkat. Perasaan riang gembira menyelimutiku sepanjang perjalanan menuju stasiun.   "Wah mau pulang kampung ya, Mbak?" tanya bang ojek. "hehehe iya nih Pak, mumpung libur tanggal merah!" sautku. "Wah asyik dong, Mbak" jawab Bang gojek agak sok akrab, sampai tak terasa motor kami pun berhenti di pintu gerbang stasiun Pekalongan.   ****   Masih semangat. Aku langsung menuju ke tempat check in tiket. Kaki ini berlarian kecil sambil menggeret koper merah jambu menuju k...

Hujan di Luar Jendela

Image
  Photo by pinterest.com Oleh : Fransisca Indri Hujan begitu deras, Liana masih berdiri di dekat jendela ruang kelas XII A di lantai dua. Teman-temannya sudah meninggalkan kelas 15 menit yang lalu tepatnya sebelum hujan turun. Namun Liana masih disitu. Diam terpaku. Mulutnya kadang digigit, seperti menahan sesuatu. Liana tetap diam dengan tatapan kosong. Lambat laun air matanya menetes, muncul dari sela disudut kedua matanya. Liana ingat sesuatu. Dua tahun lalu dia berjumpa dengan Semesta seorang laki-laki jutek, menyebalkan dan sok keren yang adalah teman sekelasnya. Tapi memang tidak dapat dipungkiri Semesta memiliki paras diatas rata-rata. Ketika pertama melihatnya, Liana memang sudah tertarik padanya. Tidak hanya Liana, tapi teman-teman perempuan bahkan kakak kelas juga tertarik padanya. Setiap hari Semesta menjadi buah bibir diantara para perempuan remaja di sekolah itu. Bahkan setiap pagi selalu ada kiriman surat, bunga dan cokelat yang tergelet...

Pena Kesebelas

Image
Photo by pinterest.com Oleh : Fransisca Indri Sudah sejak lama pena ini terdiam, sekata pun tiada ditulisnya. Kertas ini pun sama. Masih terisi dengan coretan-coretan lama yang tidak terbaca sama sekali. Hanya tinta hitam yang penuhi halamannya. Sudah lama aku menetap di halaman ini, hampir dua tahun lamanya. *** "Tanggal berapa saat ini?" seseorang bertanya. "Sebelas,Tuan" jawabku. "Angkat kepalamu itu, segera siapkan pena dan kertasmu, kita akan melakukan ekspedisi besar di tahun ini." Bisik seseorang di telingaku sebelah kanan. Aku bergegas menyiapkan semua alat perangku. Sepatuku segera kutali kencang menandakan aku telah siap melakukan ekspedisi ini. "Ikat kuda saja rambutmu yang terurai itu!" perintah suara itu. "Baik, Tuan" jawabku mengiyakan namun sebenarnya aku ragu. Aku ragu membiarkan rambutku terikat sementara wajahku merendahkan dirinya sendiri. "Angkat kepalamu!" seseorang ...

Keputus[asa]an (Bagian I)

Image
photo by pinterest.com Oleh : Fransisca Indri    "Seperti membuka mata setelah terpejam semalaman atau  berada dalam pesawat yang membawamu terbang dari kejauhan, aku kembali menulis ini, mengungkapkan asa agar tak sia-sia, berharap semoga besok tidak lagi sama sampai lusa, dan seterusnya." Hari itu tidak sama, aku pergi dengan begitu percaya diri menggenggam sejuta mimpi seperti pendekar yang siap menantang musuh yang menghadang. Aku punya senjata untuk bertempur di medan perang. Aku ingin perlihatkan pada dunia siapa aku sesungguhnya sebab tiada lagi rasa takut yang kurasa. Ya, diriku memang selalu bisa diandalkan. Ketika banyak dari pendekar berguguran karena keputusasaan, tidak denganku yang tetap melangkah tanpa melihat ke belakang. Sesekali mereka menanyakan keberanianku "Apa kamu yakin dengan semua ini?" dengan tegas aku menjawabnya "Aku sangat yakin dengan diriku."  hingga kisah itu terjadi. Darimana kita mulai cerita ini?...

Mengapa, Ibu?

Image
  Photo by pinterest.com Oleh: Fransisca Indri Aku masih berdiri di depan sebuah restoran mewah, sembari menengok kanan kiri berharap seseorang datang. Hampir satu jam aku disini, sampai-sampai pelayan restoran mewah tersebut menghampiriku dan menanyakan kepentinganku. Jelas saja pelayan itu mendatangiku, tampilanku tidak seperti pengunjung restoran dan lebih tepatnya aku adalah orang asing di kota ini. Pakaian yang aku kenakan hanya kaos oblong putih polos, dan celana jeans yang bermodel robek di bagian lutut. Dengan rambut yang ku kuncir kuda dan sepatuku yang sudah aus, mungkin aku lebih mirip dengan preman atau anak jalanan. Ini kali pertama aku datang ke kota ini. Aku begitu kagum ketika melihat begitu banyak bangunan yang menjulang tinggi. Gedung-gedung itu berdiri tegak menantang langit. Begitupun lampu-lampu kota yang berkelap-kelip bak kunang-kunang di sawah depan rumah kakek. Indah sekali. Rasa kagumku kemudian berlanjut ketika taksi yang aku tu...

Gaun Impian Risty

Image
  photo by pinterest.com Oleh : Fransisca Indri Hening malam kembalikan ingatanku. Sejenak semilir angin lewati sela-sela jendela lalu berusaha menyelinap masuk ke dalam selimutku. Aku menggigil kedinginan, tulang-tulangku linu ingin patah rasanya, bahkan kaki ku seakan tidak bertulang. Semacam kehilangan diriku yang dulu, semacam kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagiku. Aku mencoba menutup mataku lalu pergi tidur. Dalam tidur aku bermimpi. Mimpi itu membawaku kembali kepada sebuah harapan yang akan menjadi hebat jika kita masih bersama sampai saat ini. *** "Risty?" terdengar seseorang memanggil namaku. "Siapa kamu?" jawabku kepada sosok laki-laki asing yang muncul tiba-tiba. Ia mencoba mendekat ke arahku. Laki-laki itu memakai jubah putih bercahaya bak bulu burung merpati. Ia mengendarai kereta yang ditarik oleh 4 ekor kuda berwarna emas. Keretanya begitu indah dan sangat berkilauan. Rodanya dilapisi berlian, atapnya terbuat ...